Kamis, 14 Mei 2009

Kejenuhan dalam Pernikahan

Pernikahan sebetulnya memiliki dua sisi yang paradoks.
Kita menikah karena pernikahan itu memenuhi kodrat kita sebagai manusia sosial, kita menginginkan kedekatan, keintiman itu sebabnya kita menikah. Dan pernikahan itu memberikan wadah untuk terpenuhinyalah kebutuhan keintiman tersebut.

Di pihak lain sebetulnya pernikahan itu mempunyai sisi yang berlawanan dengan kodrat kita yaitu kita ini memang orang yang tidak tahan lama dengan sesuatu yang sama, sejak kecil kita terbiasa hidup dengan yang baru. Mainan yang lama yang tidak kita sukai akan kita singkirkan, kita minta dibelikan mainan yang baru. Tiba-tiba kita sekarang sudah besar kita menikah dengan orang yang kita cintai, tapi lama-kelamaan mulai ada problem, ada konflik. Cinta itu tidak lagi segemerlap yang sebelumnya, kejenuhan itu muncul. Tapi kita tidak bisa mengatakan ya karena engkau barang bekas, aku sudah bosan aku hendak melepaskan engkau dan mencari yang baru. Itu bertentangan dengan yang Tuhan minta, tapi sesungguhnya kita harus mengakui itu dalam kodrat manusiawi kita. Kita tidak suka mempertahankan barang yang lama terus-menerus karena kehilangan daya tariknya. Mobil kita pakai hanya 5, 6 tahun, 10 tahun kemudian kita mengganti dengan mobil yang baru. Seenak apapun mobil itu kalau kita sudah memakainya lama-lama kita merasa bosan. Jadi pernikahan memang mempunyai sisi atau aspek yang paradoks dan kita harus bekerja keras untuk mempertahankannya dan melawan sifat manusiawi kita itu.

Untuk mengatasinya, kita harus menjadi seseorang yang kreatif agar kita bisa mengatasi kodrat manusiawi kita yang cenderung jenuh. Sebetulnya saya harus berkata bahwa yang namanya kreatif tidak memerlukan kreatifitas yang sangat tinggi, contoh yang sederhana ajah dengan berjalan berdua, pergi belanja berdua, itu sesuatu yang bisa dilakukan baik oleh yang lulusan SD, yang tidak sekolah maupun yang lulusan perguruan tinggi, itu bisa dilakukan oleh semua orang sebetulnya. Hal sederhana, tapi kadang tidak kita sadari itu dapat menghilangkan kebosanan dan membentuk suasana lain dalam suatu hubungan pernikahan.